PENGEMBANG ISLAM DI DESA SEDAH
KECAMATAN JENANGAN KABUPATEN PONOROGO
Sebuah
Desa yang semula masih jarang
penduduknya dan terpencar, dengan lahan yang cukup luas dengan tumbuh tanaman – tanaman dan tumbuhan yang cuku
lebat. Peradaban kebiasaan yang dilakukan masih banyak menganut ajaran Hindu
Budha , karena masih jarang yang mendalami dan mengenal peradaban Islam.
Melihat
yang demikian timbullah inisiatif dari seorang tokoh Islam yang ada di Desa
Kertosari yang bernama MADDARUM, bagaimana Islam bisa berkembang di Kabupaten
Ponorogo . Beliau memiliki beberapa putra/putri, diantaranya H. ABDUL ROHMAN
mengembangkan di wilayah Desa Ngunut, KHOERUDDIN di Pule, MANSUR tetap di Desa
Kertosari. Kemudian di daerah/wilayah paling Utara Ponorogo tepatnya di Desa
Sedah dikembangkan oleh dua orang putranya yang bernama MUSTARI dan K. IMAM
MUJAHID.
Karena
wilayah Sedah dibatasi dan terdapat sungai,
pertama keduanya datang bermukim di
samping sungai, MUSTARI berada di sebelah barat agak jauh dari sungai sedangkan K. IMAM MUJAHID berada di sebelah
timur dekat dengan sungai.
Pada
awalnya pengembangan Islam di desa Sedah, K. IMAM MUJAHID dibantu oleh dua
orang tokoh yaitu :
1. H. AHMAD ( tokoh Masyarakat ) beliau seorang penulis ( waktu itu
), sekarang Sekretaris dan memiliki semangat juang dalam pengembangan Islam.
2. DJOYO DIKROMO ( Aghniya’) beliau seorang yang kaya pada waktu
itu dan memiliki beberapa hektar tanah disebelah timur sungai, hampir seluruh
tanah di sebelah tim ur sungai miliknya, tapi beliau kurang mampu dan mengerti
dalam bidang Agama Islam.
Pada perkembangannya ketiga orang
inilah masing – masing mempunyai kedudukan,K. IMAM MUJAHID
sebagai Imam ( ‘Alim yaitu orang yang memiliki pengetahuan dalam bidang
Aganma Islam ) , H. AHMAD sebagai penulis / Sekretaris yang punya jiwa dan
semangat berjuang, sedangkan DJOYO DIKROMO sebagai tokoh yang membiayai dalam
perjuangan Islam di Desa Sedah.
Kemudian K. IMAM MUJAHID
bersama-sama ketiga orang tersebut diatas dibantu sebagaian kecil warga
mendirikan Masjid, yang disitu juga digunakan untuk ngaji ( belajar tentang
Ilmu agama Islam ), menurut sumber cerita bahwa masjid tersebut dibangun kurang
lebih tahun 1818. Karena pada waktu itu di desa tersebut belum ada tempat untuk
ngaji / mencari ilmu agama, sambil berda’wah dan mengembangkan ajaran Islam
membuka tempat dan menampung warga yang ingin ngaji atau mencari ilmu Agama
Islam.
Akhirnya dengan inisiatif ketiga
tokoh tersebut karena melihat perkembangannya didirikannya Pondok Pesantren
yang masih sederhana dengan sarana dan prasarana yang ada juga untuk menampung
warga / masyarakat yang ingin jadi santri dan mukim, tepatnya di Nglorogan /
dukuh Gundi Desa Sedah Jenangan Ponorogo.
Meskipun pada waktu itu MUSTARI
saudara K. IMAM MUJAHID mengembangkan Islam disebelah barat sungai namun tidak
begitu berkembang dibanding perkembangan Islam yang dilakukan oleh K. IMAM
MUJAHID yang berada disebelah timur sungai. Dengan berdirinya Pondok Pesantren
Nglorogan itulah Pendidikan dan Perkembangan Islam pertama di Desa Sedah.
Akhirnya K. IMAM MUJAHID menikah
dan mempunyai beberapa putra/putri diantara putra putrinya dipondokkkan di
ponok pesantren yang ada di jawa timur. Setelah K. IMAM MUJAHID meninggal dunia
perkembangan Islam dilanjutkan oleh putranya yang bernama H. ABDUL ROZAK ,
beliau sebagai Imam ( pimpinan ) dibantu beberapa beberapa santri / ustadz dan
juga keturunan dari dua orang keturunan yang membantu K. IMAM MUJAHID diawal
perjuangannya, diantaranya adalah :
1.
ASRORUDDIN
2.
H. ABDUL LATIF
3.
K. IDRIS
4.
ABU THOYYIB
Ketika perkembangannya dipimpin oleh H. ABDUL ROZAK
pondok pesantren tersebut cukub banyak santrinya bahkan berkembang sampai ratusan santri.
Bersamaan
perkembangannya H. ABDUL ROZAK menikah , dan mempunyai putra , yang juga dipondokkan di ponpes yan g ada di jawa
timur diantaranya di Ponpes Ngrempyang Nganjuk.
Bersamaan dengan perkembangannya , akhirnya di
beberapa tempat dibangun rumah – rumah penduduk dan juga didirikan sebuah
langgar / mushola guna untuk mengantisipasi yang belum mau ke masjid.
Setelah H. ABDUL ROZAK dan
beberapa pembantunya dalam mengembangkan Islam di sedah meninggal,namun
perkembangan Islam di Sedah sudah cukup menyebar , sedangkan banyak santri yang
selesai merasa sudah cukup kembali
mengembangkan di daerah /wilayahnya masing – masing. Pondok Nglorogan
dilanjutkan oleh para pembantunya H. ABDUL ROZAK . Akhirnya dari pondok pesantren dengan
perkembangannya dan semakin surutnya para santri berubah menjadi Madrasah
Diniyah , yang pada waktu menempati rumahnya H. ABDUL ROZAK. Kemudian Madrasah
Diniyah ini dilanjutkan oleh keturunannya IMAM MUJAHID yaitu K. ZAENURI sebagai Imam di masjid dengan dibantu oleh warga
yang masih ada keturunan dari K. IMAM
MUJAHID dan juga K. SUJAK dari desa sebelah yaitu desa Panjeng, yang ketepatan K.
ZAENURI kami jadikan sebagai Nara Sumber dalam perkembangan Islam di desa
Sedah.
Dalam perkembangannya Madrasah
Diniyah mengalami kembang surut , namun tetap berjalan dan banyak warga yang
cenderung menitipkan / memasukkan anak-anaknya ke Madrasah Diniyah Nglorogan,
bahkan sampai saat ini masih berdiri Madrasah Diniyah dengan Nama MADRASAH
DINIYAH MAMBA’UL HUDA.
Untuk mengenang para tokoh
terutama pertama ( K. IMAM MUJAHID ) yang
telah mengembangkan Islam di desa Sedah masjid yang ada dinamakan Masjid “ MUJAHIDIN “ dan juga Jalan yang menuju ke
Masjid dan Madrasah Diniyah dinamakan Jl. Imam Mujahid.
Sebagai bukti Beliau ( K. IMAM
MUJAHID ) dimakamkan dibelakang masjid MUJAHIDIN , makamnya sebagai berikut :
Demikian sekilas perkembangan Islam di desa Sedah
kecamatan Jenangan Kabupaten Ponorogo
Apabila
ada kekurangan atau kesalahan dalam mengungkap sejarah perkembangan Islam di Desa Sedah mohon maaf dan mohon kritik
serta sarannya.
Untuk memperkuat lagi kami lampirkan silsilah dari K. IMAM MUJAHID.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar