BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR
BELAKANG
Peranan
guru sebagai manajer dalam kegiatan belajar di kelas sudah lama diakui sebagai
salah satu faktor yang penting dalam meningkatkan prestasi belajar siswa. Guru
sebagai tenaga profesional, dituntut tidak hanya mampu mengelola pembelajaran
saja tetapi juga harus mampu mengelola kelas, yaitu menciptakan dan
mempertahankan kondisi belajar yang optimal bagi tercapainya tujuan pengajaran.
Oleh karena itu sejalan dengan upaya pemerintah dalam meningkatkan mutu di
semua jenjang pendidikan, penerapan strategi pengelolaan kelas dalam
pembelajaran merupakan salah satu alternatif yang diyakini dapat digunakan
untuk memecahkan persoalan yang mendasar dari permasalahan pendidikan di tanah
aira adalah masalah pengelolaan kelas.
B. RUMUSAN
MASALAH
Berdasarkan
latar belakang di atas, dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut:
1. Apa Pengertian Pengelolaan
Kelas ?
2. Apa saja permasalahan yang
terjadi di kelas ?
3. Bagaimana cara
penyelesaian masalah secara kuratif dan preventif?
BAB II
PEMBAHASAN
A.
PENGERTIAN PENGELOLAAN KELAS
Sebagai tenaga profesional, seorang guru dituntut mampu mengelola
kelas yaitu menciptakan dan mempertahankan kondisi belajar yang optimal bagi
tercapainya tujuan pengajaran. Menurut Amatembun (dalam Supriyanto, 1991) “Pengelolaan kelas adalah upaya yang dilakukan
oleh guru dalam menciptakan dan mempertahankan serta mengembang tumbuhkan
motivasi belajar untuk mencapai tujuan yang telah di tetapkan”.
Sedangkan menurut Usman (2003) “Pengelolaan kelas yang efektif
merupakan prasyarat mutlak bagi terjadinya proses belajar mengajar yang
efektif”. Pengelolaan dipandang sebagai salah satu aspek penyelenggaraan sistem
pembelajaran yang mendasar, di antara sekian macam tugas guru di dalam kelas.
Berbagai definisi tentang pengelolaan kelas yang dapat diterima oleh para ahli
pendidikan, yaitu :Pengelolaan kelas didefinisikan sebagai:
a) Perangkat kegiatan guru
untuk mengembangkan tingkah laku peserta didik
yang
diinginkan dan
mengurangkan tingkah laku yang tidak diinginkan.
b) Seperangkat kegiatan guru
untuk mengembangkan hubungan interpersonal yang baik
dan iklim sosio emosional kelas yang positif.
c) Seperangkat kegiatan guru
untuk menumbuhkan dan mempertahankan organisasi kelas
yang efektif.
Pengelolaan Kelas diterjemahkan secara singkat sebagai suatu proses
penyelenggaraan atau pengurusan ruang dimana dilakukan kegiatan belajar
mengajar, dan untuk lebih jelasnya berikut pengertian pengelolaan kelas yang
dikemukakan oleh Usman, bahwa "pengelolaan kelas adalah keterampilan guru
untuk menciptakan dan memelihara kondisi belajar yang optimal dan
mengembalikannya bila terjadi gangguan dalam proses belajar mengajar".
Sedangkan menurut Wina Sanjaya bahwa pengelolaan kelas adalah :
Pengelolaan kelas merupakan keterampilan guru menciptakan dan memelihara kondisi
belajar yang
optimal dan mengembalikannya manakala terjadi hal-hal yang dapat
mengganggu suasana pembelajaran .
Beberapa pengertian pengelolaan kelas yang telah dikemukakan
oleh para ahli di atas, dapatlah memberi suatu gambaran serta pemahaman yang
jelas bahwa pengelolaan
kelas merupakan suatu usaha menyiapkan kondisi yang optimal agar proses atau kegiatan
belajar mengajar dapat berlangsung secara lancar. Pengelolaan kelas merupakan
masalah yang amat kompleks dan seorang guru menggunakannya untuk menciptakan
dan mempertahankan kondisi kelas sedemikian rupa sehingga anak
didik dapat mencapai tujuan pembelajaran yang ditetapkan secara efektif dan
efisien.
Pandangan
mengenai pengelolaan kelas sebagaimana
telah dikemukakan di atas intinya memiliki karakteristik yang sama, yaitu bahwa
pengelolaan kelas merupakan sebuah upaya yang real untuk mewujudkan suatu
kondisi proses atau kegiatan belajar mengajar yang efektif. Dengan pengelolaan
kelas yang baik diharapkan dapat mendukung tercapainya tujuan pembelajaran di mana proses tersebut
memberikan pengaruh positif yang secara langsung menunjang terselenggaranya
proses belajar mengajar di kelas.
Dari
beberapa definisi diatas, masing-masing
mempunyai asumsi yang berbeda-beda. Para
ahli menggabungkan beberapa
dimensi itu menjadi definisi yang bersifat pluralistik, yaitu bahwa
pengelolaan kelas sebagai seperangkat kegiatan untuk mengembangkan tingkah laku
peserta didik yang diinginkan,
menghubungkan interpersonal dan iklim sosio emosional yang positif serta
mengembangkan dan mempertahankan organisasi kelas yang efektif.
Berdasarkan
beberapa definisi di atas bahwa efektivitas pengelolaan kelas adalah tingkat
tercapainya tujuan dari pengelolaan kelas. Pengelolaan kelas didefinisikan
sebagai serangkaian tindakan yang dilakukan guru dalam upaya menciptakan
kondisi kelas agar proses belajar mengajar dapat berjalan sesuai dengan
tujuannya. Tindakan-tindakan yang perlu dilakukan guru dalam menciptakan
kondisi kelas adalah melakukan komunikasi dan hubungan interpersonal antara
guru peserta didik secara timbal balik
dan efektif, selain melakukan perencanaan atau persiapan mengajar.
Guru sebagai
pengelola kelas merupakan orang yang mempunyai peranan yang strategis yaitu
orang yang merencanakan kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan di kelas, orang
yang akan mengimplementasikan kegiatan yang direncanakan dengan subjek dan
objek peserta didik, orang menentukan dan mengambil keputusan dengan strategi
yang akan digunakan dengan berbagai kegiatan di kelas, dan guru pula yang akan
menentukan alternatif solusi untuk mengatasi hambatan dan tantangan yang muncul.
Dengan demikian pengelolaan kelas tidak dapat
terlepas dari motivasi kerja guru, karena dengan motivasi kerja guru ini akan
terlihat sejauhmana motif dan motivasi guru untuk melakukan pengelolaan kelas,
sedangkan dengan gaya kepemimpinan guru yang tepat yang digunakan dalam
pengelolaan kelas akan mengoptimalkan dan memaksimalkan keberhasilan
pengelolaan kelas tersebut.
B.
MASALAH DALAM PENGELOLAAN KELAS
Menurut M.
Entang dan T. Raka Joni (1983:12), masalah pengelolaan kelas dibagi menjadi dua
kategori masalah, yaitu masalah individual dan masalah kelompok. Pengelolaan
kelas yang dilakukan oleh guru akan tepat jika guru tersebut dapat
mengidentifikasi masalah dengan tepat dan dapat menentukan strategi
penanggulangan yang tepat pula.
1.
Masalah Individu
Masalah
individu akan muncul karena dalam setiap individu ada kebutuhan untuk diterima
dalam kelompok dan ingin mencapai harga diri. Ketika kebutuhan ini tidak dapat
terpenuhi melalui cara-cara yang wajar maka individu tersebut akan berusaha
mendapatkannya dengan cara-cara yang tidak baik. Rodolf Dreikurs dan Cassel
yang dikutip oleh M. Entang dan T. Raka Joni mengelompokannya menjadi empat,
yaitu:
a.
Tingkah laku yang ingin mendapatkan perhatian
orang lain ( attention getting
behaviors).
b.
Tingkah laku yang ingin menunjukkan kekuatan
(power seeking behaviors).
c.
Tingkah laku yang bertujuan menyakiti orang
lain (revenge seeking behaviors).
d.
Peragaan ketidakmampuan (passive behaviors).
Sebagai penduga
Dreikurs dan Paerl Cassel menyarankan penyikapan sebagai berikut:
1.
Apabila seorang guru merasa terganggu oleh
perbuatan siswa, maka
kemungkinan siswa tersebut ada pada
tahap meminta perhatian.
2.
Apabila guru merasa dikalahkan atau terancam
oleh perbuatan siswa, maka
kemungkinan siswa tersebut ada pada
tahap ingin menunjukkan kekuatan.
3.
Apabila guru merasa tersinggung oleh perbuatan
siswa, kemungkinan siswa
tersebut ada pada tahap ingin balas
dendam.
4.
Apabila guru merasa benar-benar tidak mampu
berbuat apa-apa lagi dalam
menghadapi ulah siswa, maka besar
kemungkinan siswa tersebut ada pada
tahap ingin menunjukan ketidakmampuan.
Dari keempat
cara atau tindakan yang dilakukan oleh individu tersebut mengakibatkan
terbentuknya empat pola tingkah laku yang sering nampak pada anak usia sekolah
(Maman Rahman:1998), yaitu:
a.
Pola akatif konstruktif: pola tingkah laku yang
ekstrim, ambisius untuk menjadi super star di kelasnya dan mempunyai daya usaha
untuk membantu guru dengan penuh vitalitas dan sepenuh hati.
b.
Pola aktif destruktif: pola tingkah laku yang
diwujudkan dalam bentuk membuat banyolan, suka marah, kasar, dan memberontak.
c.
Pola pasif konstruktif: pola yang menunjuk
kepada satu bentuk tingkah laku yang lamban dengan maksud supaya dibantu dan
mengharapkan perhatian.
d.
Pola pasif destruktif: pola tingkah laku yang
menunjuk kemalasan dan keras kepala.
2.
Masalah Kelompok
Dalam masalah
kelompok, menurut Lois V. Jhonson dan Mary A. Bany mengemukakan tujuh kategori
masalah kelompok dalam pengelolaan kelas, yaitu:
a.
Kelas kurang kohensif.
b.
Kelas mereaksi negatif terhadap salah seorang
anggotanya.
c.
Penyimpangan dari norma-norma tingkah laku yang
telah disepakati sebelumnya.
d.
Membesarkan hati anggota kelas yang justru
melanggar norma kelompok.
e.
Kelompok cenderung mudah dialihkan perhatiannya
dari tugas yang tengah digarap.
f.
Semangat kerja rendah.
g.
Kelas kurang menyesuaikan diri dengan keadaan
baru.
Dari dua macam
masalah pengelolaan kelas tersebut, maka memerlukan penangan yang berbeda.
Diagnosis yang keliru akan menimbulkan tindakan korektif yang keliru pula.
C.
CARA PENYELESAIAN MASALAH SECARA KURATIF dan
PREVENTIF dalam PENGELOLAAN KELAS
Pengelolaan
kelas merupakan kegiatan guru dalam rangka penyediaan kondisi yang optimal agar
proses belajar mengajar berlangsung efektif. Tindakan tersebut dapat berupa
tindakan pencegahan (preventif) dan tindakan korektif. Tindakan korektif
terbagi menjadi dua, yaitu dimensi tindakan dan tindakan penyembuhan (kuratif).
1.
Usaha yang bersifat pencegahan (preventif)
Adalah tindakan
yang dilakukan sebelum munculnya tingkah laku yang menyimpang yang menggaggu
kondisi optimal berlangsungnya pembelajaran. Keberhasilan dalam tindakan
pencegahan merupakan salah satu indikator keberhasilan manajemen kelas.
Konsekuansinya guru harus mampu memanaj kelas secara efektif dan efisien dalam
jangak pendek amupun jangka panjang. Menurut Maman Rahman:1998, langkah pencegahannya
adalh sebagai berikut :
• Peningkatan
kesadaran diri sebagai guru
Hal ini
merupakan langkah yang strategis dan mendasar. Karena dengan dimilikinya
kesadaran ini akan meningkatkan rasa tanggung jawab dan rasa memiliki yang
merupakan modal besar bagi guru dalam melaksanakan tugasnya. Implikasinya akan
tampak pada sikap guru yang demokratis, stabil, harmonis dan berwibawa.
Penampakan hali seperti ini akan menimbulkan reaksi positif dari peserta didik.
• Peningkatan
kesadaran diri peserta didik
Interaksi
positif akan terjalin jika kesadarn guru dan kesadaran peserta didik sudah
tercipta. Kurangnya kesadaran peserta didik akan memicu tindakan yang
mengganggu kondisi optimal kegiatan pembelajaran.
Untuk
meningkatkan kesadaran peserta didik, hal yang harus dilakukan adalah
memberitahukan akan hak dan kewajibannya sebagai peserta didik, memperhatikan
kebutuhan, keinginan dan dorongan para peserta didik, menciptakan suasan saling
pengertian, saling menghormati dan rasa keterbukaan antara guru dan peserta didik.
• Sikap polos
dan tulus dari guru
Seorang guru
hendaknya bersikap polos dan tulus terhadap peserta didiknya. Hal ini agar
dalam setiap tindakannya guru tidak terkesan berpura-pura. Sikap polos dan
tulus ini sangat membantu dalam mengelola kelas. Guru dan kepribadiannya akan
sangat mempengaruhi lingkungan belajar, karena tingkah laku, cara menyikapi dan
tindakan guru merupakan stimulus yang akan direspon oleh peserta didik.
• Mengenal dan
menemukan alternatif pengelolaan
Langkah-langkah
yang harus ditempuh antara lain, melakukan identifikasi terhadap berbagai
penyimpangan tingkah laku peserta didik baik secara individual atau kelompok,
mengenal berbagai pendekatan dalam manajemen kelas, dan mempelajari pengalaman
guru-guru lainnya yang gagal atau berhasil sehingga dirinya memiliki alternatif
yang bervariasi dalam menangani berabagi manajemen kelas.
• Menciptakan
kontrak sosial
Penciptaan
kontrak sosial erat hubungannya dengan “standar tingkah laku” yang diharapkan
dapat memberi gambaran mengenai fasilitas beserta keterbatasannya dalam
memenuhi kebutuhan peserta didik. Hal ini mengingat norma atau nilai yang ada
datang nya dari atas dan bersifat satu pihak dan memungkinkan timbulnya
kecendrungan untuk dilanggar. Untuk itu, diperlukannya adanya pengelolaan kelas
yang perumusannya berupa tata tertib yang dibicarakan bersama peserta didik dan
kemudian disetujui oleh guru dan peserta didik itu sendiri. Jika siswa tidak
ikut serta dilibatkan dalam pembuatan kontra sosial atau tata tertib tersebut
dikhawatirkan siswa akan bertindak sekehendak siswa karena meras tidak ikut
membuat peratuaran yang ada.
2.
Usaha Yang Bersifat Penyembuhan
(Kuratif)
Langkah-langkah
tindakan penyembuhan, antara lain:
1.
Mengidentifikasi masalah
Pada kangkah
ini guru mengenal atau mengetahui masalh-masalah pengelolaan kelas yang timbul
dalam kelas. Bedasar masalah tersebut guru dapat mengidentifikasi jenis
penyimpangan sekaligus mengetahui latar belakang yang membuat peserta didik
melakukan penyimpangan tersebut.
2. Menganalisis
masalah
Disini guru
menganalisi penyimpangan peserta didik dan menyimpulkan latar belakang dan
sumber-sumber dari penyimpangan itu. Selanjutnya menentukan
alternatif-alternatif penanggulangannya.
3. Menilai
alternatif-alternatif pemecahan
Pada langkah
ini guru menilai dan memilih alternatif pemecahan masalah yang dianggap tepat
dalam menanggulangi masalah.
4. Mendapatkan
balikan
Tahap yang
terakhir guru bertindak sebagai monitoring, dengan tujuan untuk menilai
keampuhan pelaksanaan dari alternatif pemecahan yang dipilih untuk mencapai
sasaran yang sesuai dengan yang direncanakan. Hal ini dapat ditempuh dengan
cara melakukan sharing dengan peserta didik.